Senin, 31 Oktober 2011

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa


Menghalang Malaikat Rahmat Memasuki Rumah 

Sebahagian orang menyangka bahawa hukum haram itu untuk patung saja seperti yang terdapat pada zaman jahiliyah, tidak mencakup hukum gambar. Pendapat ini asing sekali kerana seolah-olah ia belum pernah membaca nash-nash yang mengharamkan gambar seperti di bawah ini :
 
“Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, juga tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung)"
Di dalam kitab Faidhul-Qadir 2/394, Imam al-Manawi mengatakan: "Yang dimaksud dengan malaikat pada hadis tersebut adalah malaikat rahmat dan keberkahan atau malaikat yang bertugas keliling mengunjungi para hamba Allah untuk mendengarkan zikir dan sejenisnya, bukan malaikat penulis amal perbuatan manusia kerana malaikat itu tidak akan pernah meninggalkan manusia sekejap pun sebagai mana halnya malaikat maut.
Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah
yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)"
Ibnu Hajar berkata: "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)".
Tetapi, pendapat lain mengatakan: "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang kerana tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khathabi, dan yang lainnya.

H/R Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa'i dan Ibnu Majah yang semuanya dari Abu Thalhah
Radhiallahu 'anhu. Lihat Shahihul-Jami' No. 7262
H/R Ibnu Majah dan lihat Shahihul Jami' No. 1961
Lihat: Fathul Baari bab 48 At-Tashawir hadis No. 594



Dalil-Dalil Syar'i Tentang Gambar Makhluk Hidup

Dinukil dari Majalah Salafy, Edisi V/Zulhijjah/1416/1996 Judul asli Fatwa Ulama tentang
Hukum Gambar, oleh Syeikh Abdullah Bin Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia.
Diterjemahkan oleh Ustaz Idral Harits.
Sesungguhnya banyak sekali hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dalam kitab-kitab yang sahih, baik itu Sunan ataupun musnad- musnad, mengenai haramnya membuat gambar (lukisan, foto dan ukiran) sesuatu yang bernyawa, entah itu (gambar) manusia atau bukan.
Di dalam hadis-hadis itu ada riwayat yang menceritakan bahawa beliau Shallallahu ‘alaihi wasalam merobek tirai-tirai yang bergambar dan memerintahkan menghapus gambar-gambar. Disamping itu beliau melaknat tukang gambar dan menerangkan bahawa mereka termasuk orang-orang yang paling keras mendapat siksa di hari kiamat.

Syeikh Bin Baz menyampaikan secara global hadis-hadis sahih mengenai permasalahan ini beserta keterangan ulamanya. Dan akan saya jelaskan mana yang benar, Insya ALLAH Ta’ala.
Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: ALLAH Ta’ala berfirman: Dan siapakah yang lebih zalim dari mereka yang akan membuat satu ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka hendaknya mereka menciptakan satu zarrah, atau biji, atau gandum.”
Dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasalam bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling keras disiksa di hari Kiamat adalah para tukang gambar (mereka yang meniru ciptaan Allah)".
Dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasalam bersabda:
"Sesungguhnya orang yang membuat gambar- gambar ini akan disiksa hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka, 'Hidupkanlah apa yang telah kalian buat!’”.
Dari Abu Juhaifah Radiyallahu ‘anhu:
“Bahawasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam telah melarang dari (memakan) hasil (jual beli) darah, anjing, usaha pelacuran, dan (beliau) telah melaknat pemakan riba, yang menyerahkannya, pembuat tato (gambar tubuh), yang meminta ditato serta tukang gambar.”
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasalam bersabda:
 
“Siapa yang membuat satu gambar di dunia, dia dibebani (disuruh) untuk meniupkan ruh pada gambar itu dan ia bukan peniupnya (tidak akan mampu meniup ruh untuk menghidupkan gambar)”.
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu:
“Semua tukang gambar di Neraka dan dijadikan baginya setiap yang digambarnya satu jiwa (ruh) yang menyiksanya di Jahannam. Ibnu Abbas berkata: Jika kamu mesti mengerjakannya, maka buatlah (gambar) pohon-pohon dan apa-apa yang tidak bernyawa (roh).”

Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk menuju saya dan saya menutup bilik dengan tirai tipis bergambar (dalam riwayat lain: menggantungkan tirai tipis bergambar kuda bersayap…), maka ketika beliau melihatnya dia merobeknya dan dengan wajah merah padam, beliau bersabda: “Hai Aisyah, manusia yang paling keras disiksa di Hari Kiamat adalah mereka yang meniru ciptaan ALLAH.” Kata Aisyah: “Maka kami memotong-motongnya lalu menjadikannya satu atau dua bantal.”
Dari Al Qasim bin Muhammad dari Aisyah, ia berkata:

“Saya membeli sebuah bantal bergambar. Maka ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam melihatnya, beliau berdiri di pintu dan tidak masuk. Saya mengenal tanda kemarahan pada wajah beliau. Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya taubat kepada ALLAH dan RasulNya, apa dosa saya?” Beliau bersabda: “Ada apa dengan bantal ini?” Saya berkata: “Saya membelinya agar Anda duduk di atasnya dan menyandarinya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasalam bersabda: “Sesungguhnya pemilik (pembuat) gambar-gambar ini akan disiksa di hari Kiamat, dan dikatakan kepada mereka, ‘Hidupkan apa yang telah kalian buat!’ Dan sabdanya lagi: Sesungguhnya rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar tidak akan dimasuki oleh malaikat.”
Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “(Sesungguhnya kami para) Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar” Dalam riwayat Ibnu Umar “(Sesungguhnya kami para) Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar.”
Dari Zaid bin Khalid dari Abi Talhah secara marfu’:
“Malaikat tidak akan masuk rumah yang di
dalamnya ada anjing dan patung (gambar).”
Dari Abi al Hayyaj Al Asadi, ia berkata:
Ali mengatakan pada saya: Mahukah kamu saya utus kepada apa yang saya pernah diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam: iaitu “Jangan kau tinggalkan satu gambarpun, melainkan kamu hapuskan dia dan tidak ada satu kuburpun yang meninggi melainkan kau ratakan dia.”
DariJ ab ir Radiyallahu ‘anhu, bahawasanya:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam menyuruh Umar bin Khattab (waktu Fathu Mekkah) sedang beliau ketika itu di Bath-ha’ agar mendatangi Ka’bah dan menghapus semua gambar di dalamnya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak masuk sampai semua gambar telah dihapus.

Muttafaqun ‘alaihi
H/R Bukhari dan Muslim, dengan lafaz Muslim
H/R Muslim
H/R Muslim
H/R Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi, Ibnu Hibban dan beliau mensahihkannya


DariA isyah Radiyallahu ‘anha:
“Bahawasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah membiarkan dalam rumahnya sesuatu yang ada padanya SALIB-SALIB melainkan beliau mematahkannya.“
Imam Nasa’I meriwayatkan dengan lafaz:
“Jibril minta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam, beliau berkata: Masuklah. Kata Jibril: Bagaimana saya akan masuk sedangkan dalam rumah Anda ada tirai bergambar? Maka jika Anda potong kepala-kepalanya, atau Anda jadikan hamparan yang dipijak (dihinakan setelah dipotong, red – barulah Jibril akan masuk). Kerana sesungguhnya kami – para malaikat – tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar.”
 
Dan masih banyak lagi hadis-hadis tentang masalah ini. Hadis-hadis ini adalah dalil yang nyata tentang haramnya membuat gambar sesuatu yang bernyawa dan termasuk dosa besar yang diancam dengan neraka bagi penggambarnya.
Hadis ini menunjukkan keumuman segala jenis gambar, baik itu di dinding, tirai, kemeja, kaca, kertas dan sebagainya, kerana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam tidak membezakannya, baik yang tiga dimensi atau selainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam melaknat pembuatnya dan mengabarkan paling keras disiksa di hari kiamat dan semuanya di Neraka.
Imam Al Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalanimeng atakan :
“Kata al Khathabi: dan gambar yang menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah adalah gambar yang padanya terpenuhi hal-hal yang haram, yakni gambar- gambar yang makhluk yang bernyawa, yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan bahawasanya dosa tukang gambar itu besar kerana gambar-gambar itu ada yang diibadahi selain ALLAH, selain gambar itu mudah menimbulkan fitnah bagi yang memandangnya (gambar wanita, tokoh, ulama, red).”

H/R Bukhari, dan Al Kasymihani dengan lafaz “gambar-gambar”, dan Bukhari menerangkannya
dengan bab Naqdhi Shuwar dan menguraikan hadis tersebut

H/R Abdur Razaq, Ahmad, Abu Dawud, Tirmizi dan beliau mengatakan Hasan Shahih dan Ibnu
Hibban mensahihkannya


Imam An Nawawi mengatakan dalam Syarah Muslim:
“Sahabat kami dan para Ulama selain mereka mengatakan bahawa haramnya membuat gambar haiwan adalah sekeras-keras pengharamaan. Ini termasuk dosa besar kerana ancamannya juga amat besar, sama saja apakah dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas sekali haram kerana meniru ciptaan ALLAH. Sama saja apakah itu dilukis pada pakaian, permadani, mata wang, bejana, dinding atau lainnya. Adapun menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa,
Inilah hakikat hukum menggambar. Sedangkan gambar makhluk bernyawa, jika digantung / ditampal di dinding, di serban dan tindakan yang tidak termasuk menghinakannya, maka jelas hal itu terlarang. Sebaliknya bila dibentangkan dan dipijak sebagai alas kaki atau sebagai sandaran (setelah dipotong kepalanya, red) maka tidaklah haram dan tidak ada bezanya apakah gambar tsb berjasad (punya bayangan/3 dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan mazhab kami dalam masalah ini yang semakna dengan perkataan jumhur Ulama dari kalangan Sahabat, Tabi’in, dan orang yang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in). Ini juga pendapat Imam Ats Tsauri, Malik Bin Anas dan Abu Hanifah serta ulama lainnya.
Dalam hadis-hadis itu tampak jelas tidak ada perbezaan apakah yang diharamkan itu gambar tiga dimensi atau bukan, dilukis di atas kertas atau di tirai dan sebagainya. Bahkan tidak ada perbezaan apakah itu gambar tokoh, ulama atau pembesar.
DariA isyah Radiyallahu ‘anha ia berkata:
“Saya biasa bermain boneka di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam dan saya punya beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk, mereka menutupinya dari beliau lalu berjalan sembunyi- sembunyi dan bermain bersama saya.”

H/R Bukhari Kitab Al Adab Bab Al Inbolehath ilaa an Naas, Fath 10/526 dan Muslim kitab
Fadhail Ash Shahabah Bab fii Fadhail Aisyah, An Nawawi 15/203 dan 2

Al Hafiz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari tentang hadis ini
“Hadis ini dijadikan dalil bolehnya boneka dan mainan untuk bermain (mendidik) anak perempuan, dan sebagai pengkhususan dari keumuman larangan mengambil gambar. Iyadl juga menetapkan yang demikian dan ia menukil dari jumhur, bahawasanya mereka membolehkan boneka atau mainan ini untuk melatih dan mendidik anak-anak perempuan agar mengenal bagaimana mengatur rumah-tangga dan merawat anak-anak nantinya. Dan sebahagian ulama menyatakan ini mansukh (telah dibatalkan). Ibnu Bathal cenderung pada pendapat ini dan ia menceritakan dari Abi Zaid dari Malik. Tetapi dari sini pula Ad-Daudy merajihkan bahawa hadis Aisyah (di atas) mansukh. Sedang Ibnu Hibban dan Nasa’I membolehkan namun tidak membatasi untuk anak-anak kecil walaupun padanya ada perbincangan.
Al Baihaqi mengatakan setelah mentakhrij hadis-hadis tersebut:
“Telah tsabit (tetap) larangan tentang mengambil gambar. Maka kemungkinan rukhsah bagi Aisyah terjadi sebelum pengharaman. Ibnul jauzi menetapkan yang demikian juga, sehingga beliau berkata: “Dan Abu Dawud dan An Nasa’I dari sisi lain dari Aisyah (ia berkata): Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam datang dari perang Tabuk (Khaibar) {lalu menyebut hadis beliau merobek tirai yang terpancang di pintunya{ Kemudia Aisyah melanjutkan, lalu beliau menyingkap sisi tirai di atas mainan Aisyah dan Beliau bersabda: “Apa ini hai Aisyah?”. Saya menjawab:”Boneka perempuan saya”. Beliau melihat kuda-kudaan bersayap yang dalam keadaan terikat, lalu bersabda: “Apakah ini?” Saya katakan: “Kuda bersayap dua. Tidakkah Anda mendengar bahawa Sulaiman 'alaihis salam mempunyai kuda yang bersayap? Beliaupun tertawa.”.
Al Khathabib erkata:
“Dalam hadis ini menunjukkan mainan untuk anak- anak perempuan tidaklah seperti semua gambar yang datang ancaman, hanya saja beliau memberikan

keringanan bagi Aisyah kerana pada waktu itu Aisyah
belum dewasa.”
Al Hafizb erkata:
“Penetapan dengan dalil ini ada perbincangan, akan tetapi kemungkinannya adalah kerana Aisyah waktu peristiwa perang Khaibar berusia 14 tahun dan waktu peristiwa perang Tabuk sudah baligh. Dengan demikian, ini menguatkan riwayat yang mengatakan hal itu
terjadi pada peristiwa Khaibar dan mengumpulkannya dengan pendapat Al Khathabi.”
Oleh kerana itu, jika hal ini telah difahami, maka meninggalkan gambar- gambar (boneka) itu adalah lebih selamat kerana padanya ada perkara yang meragukan. Mungkin penetapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bagi Aisyah itu sebelum munculnya perintah beliau untuk menghapus gambar- gambar. Dengan begitu hadis Aisyah ini menjadi mansukh dengan datangnya larangan dan perintah penghapusan gambar itu, kecuali yang terpotong kepalanya atau dihinakan, sebagaimana mazhab Al-Baihaqi, Ibnul Jauzi dan Ibnu Bathal. Dan mungkin juga ini dikhususkan dari pelarangan itu (sebagaimana pendapat jumhur) untuk kemaslahatan pendidikan. Ini kerana permainan itu merupakan bentuk penghinaan atas gambar (boneka). Jadi kemungkinan ini maka lebih aman untuk meninggalkannya, sebagaimana pengamalan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dari Al Hasan bin Ali bin Abu Thalib Radiyallahu ‘anhu:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar